Tips Juara (###) Optimalkan Otak Kiri dengan Memanfaatkan Otak Kanan
Tips ini sengaja tidak diberi nomor, karena dari
semua tips yang sudah dan masih akan disampaikan, rasanya ini yang
termasuk paling penting, dan perlu diterapkan juga pada tips-tips
lainnya. Dianya masuk di semua tips juara kelas.
Bagaimana pula maksudnya?
Ya, memanfaatkan otak kanan untuk mengoptimalkan otak kiri.
Kita tahu, sistem pendidikan indonesia lebih memaksa otak kiri untuk bekerja keras, dan sedikit sekali memperhatikan tumbuh kembang otak kanan,
bahkan sejak TK. Lihat saja anak-anak TK jaman sekarang sudah dipaksa
bisa baca dan hitung, padahal yang namanya TK adalam taman kanak-kanak.
Di taman mestinya anak-anak berekreasi, bermain, bercanda, eee… ini
malah digenjot untuk bisa baca tulis dan hitung. Malah guru SD sekarang
agak santai tidak repot ngajarin anak membaca menulis lagi.
Disimak terus sampai SD, SMP, dan SMA, semua pelajaran juga memaksa
dan memforsir otak kiri bekerja keras. Tidak heran kalau di Indonesia,
rata-rata penderita stroke mengalami lumpuh sebelah kanan, karena bagian tubuh ini dikendalikan oleh otak kiri. Dan otak kiri kita sudah kelelahan, sehingga lebih cepat usang dibanding otak kanan, karena dipakai terus menerus…..
Perlu disetrum dulu?
Beberapa tahun belakangan ini, ada sistem penstimulasi otak yang katanya bisa mencerdaskan orang tanpa belajar. Katanya,… sekali lagi katanya,….
otak akan dipasang elektroda dan diberi sinyal listrik, sehingga ada
saraf-saraf yang tadinya tidur, kemudian akan aktif. Inilah proses aktivasi otak, yang akan mencerdaskan itu.
Kemudian, orang disuruh membaca sekilas satu buku, atau setidaknya
beberapa halaman, maka ia akan dengan cepat mengingat isi buku tersebut,
bahkan kata per kata. Ia akan ingat di mana posisi suatu kalimat di
dalam paragraf, dan di halaman berapa pada buku itu.
Wah,… saya kok kurang yakin dengan metode ini ya. Karena pada saat
aktivasi, anak dibawa masuk ke ruangan, orang tua tidak boleh ikut. Otaknya akan diaktivasi. Kalau saya membaca aktivasi=setrum.
Gimana kalau salah setrum, trus anaknya jadi sedeng/senget/sinting,…. bahaya kan? Berharap mau cerdas, malah sebaliknya.
CARA LAMA YANG TAK LEKANG OLEH ZAMAN
Saya lebih percaya cara lama, dan memang terbukti, paten dan teruji.
Membuat otak agar cerdas adalah dengan training, kontinu, dilatih, practising, dan terus menerus. Tidak ada otak yang cerdas kalau terbiasa tidur. Jadi mengaktivasi otak adalah dengan dilatih.
Olahragawan tidak akan jadi juara tanpa berlatih. Susi Susanti jadi juara bulutangkis karena rajin latihan. Ade Rai badannya bisa berkotak-kotak karena berlatih, beda sama saya yang tak pernah latihan, badannya ya jauh dari Ade Rai.
Spesialis IT, misalnya programmer (om Mark Zuckenberg pembuat
facebook) atau network specialist (misalnya om Himawan CCIE Indonesia),
jadi jago komputer atau jaringan karena sering berlatih.
Kasir di bank terampil menghitung uang pakai jari jemarinya nan lentik pun bisa ahli karena berlatih.
Koki atau chef (om Juna master chef), jago masak karena sering berlatih. Karena itu koki kalau masak tidak lagi lihat buku, tapi pakai feeling saja meracik bumbu-bumbu, sehingga rasa masakannya bisa Mak Nyusss.
Jet li dan Jacki Chan, bisa jago kung fu tentu saja dari latihan.
Perut seorang jago kung fu keras tahan pukulan karena sering dilatih
sit up, makanya ototnya keras. kalau perut saya yang lembek ini, tak
pernah sit up, kalau dipukul bahayya, bisa muntah tah tah tah…
Bahkan, pencuri kelas kakap (seperti film-film action holliwood yang
membobol bank atau brankas penyimpanan berlian, sampai museum yang
menyimpan lukisan asli PICASSO) dan ahli korupsi (yang tidak terendus
juga oleh KPK) juga lihai dan tidak ketahuan menilap uang rakyat karena
sudah terlatih. Khusus yang ini wajib dijauhi.
Adik-adik bisa cari sendiri contoh lainnya bagaimana orang jadi ahli, terampil, juara, karena berlatih.
Jadi, kata kuncinya adalah BERLATIH, PRACTISING, TRAINING….TERUS MENERUS
Terus, bagaimana melatih Otak Kiri dengan memanfaatkan Otak Kanan?
Nah, terkadang kita cepat menyerah kalau hanya mengandalkan otak kiri
saja. Baru 5 menit, melihat sederatan rumus dan angka, biasanya lebih
cepat bosan dan lelah. Untuk itu, manfaatkan otak kanan.
Otak kanan, berkaitan dengan yang indah-indah. Seni, bahasa, bentuk, visual dan seterusnya. Sedangkan otak kiri, memproses angka, matematika, hitungan, sebab akibat, verbal dan seterusnya.
Dengan mengombinasikan antara seni dan angka, bahasa dan matematika,
bentuk dan hitungan, atau visual dan verbal, akan meningkatkan kemampuan
pemahaman adik-adik akan pelajaran berkali-kali lipat.
Membuka Rahasia Juara
Waktu saya sekolah, saya menyukai angka, matematika, dan aktivitas
otak kiri, karena didukung oleh kreativitas otak kanan. Saya baru
menyadari belakangan ini. Sejak kelas 1 SD, saat guru menggambarkan
angka dengan visual, katakanlah 5 ikat lidi. Guru menggambar garis-garis
terus diikat dengan karet. Ada gambar ikatannya, jumlah semua lima
ikat. Sedangkan saya menggambar lidi dalam bentuk yang lebih rapih, 3
dimensi dengan ketebalan dan ada pentul korek apinya sekalian. Saya
gambar lidi terikat tersebut di buku latihan sesuai dengan soal. Dalam
benak saya yang masih polos waktu itu: “ini lidi, bukan jarum, apalagi
rambut… “. hehe
Demikian juga dengan contoh-contoh lainnya, misalnya 3 orang + 4
orang = 7 orang. Saat guru menggambar orang yang bentuknya kerangka
dengan bulatan kepala seperti orang-orang sawah, saya menggambar bentuk
utuh orang dengan sedikit otot, pakai baju pula, tidak sekurus
tulang-belulang yang dicontohkan guru. Inilah yang menyebabkan buku
latihan matematika saya lebih artistik, kelihatan lebih “KANAN”
dibandingkan dengan buku kawan-kawan lainnya. Mungkin sejak saat itu
guru menilai saya lebih baik (baca kreatif) dari kawan-kawan lain,
sehingga jadi JUARA KELAS.
Pengembangan kreativiatas otak kanan ini terus berlanjut saat SMP dan
SMA. Buku catatan sekolah saya paling “CANTIK”, baik untuk dibaca
maupun untuk sekedar dibolak-balik saja kayak kita baca majalah wanita.
Orang kalau buka majalah wanita paling cuma lihat gambarnya saja, kalau
ibu-ibu lihat model baju, model tas, sampai model masakan yang ada
dalam majalah tersebut.
Nah, buku catatan saya mirip kayak majalah wanita tersebut,
setidaknya dari cara kawan-kawan membolak-balik halamannya, hehehe.
Karena buku catatan itu dilengkapi dengan gambar dan tulisan
berwarna-warni, setidaknya ada garis-garis bawah yang berwarna-warni
untuk kata-kata penting yang akan dihafal.
Di samping itu, gambar-gambar pendukung juga saya buat dengan sebaik
dan seindah mungkin, kalau perlu menjiplak gambar asli dari buku cetak.
Dan tentu saja diwarnai, kalau di buku cetak malah hitam putih saja.
Setiap menjelang ulangan atau ujian, buku catatan saya laris dipinjam
untuk difotokopi oleh teman-teman. Saya menghabiskan waktu sepulang
sekolah untuk merapikan catatan, memang pekerjaan ini menyita waktu,
namun inilah salah satu bagian dari TRAINING, yaitu membuat buku catatan yang baik, sekaliang mengulang pelajaran tadi.
Percayalah, saat menjelang ujian, adik-adik akan menyerah
melihat setumpuk buku cetak yang harus dibaca kalau tidak punya buku
catatan. Baru lihat lho, belum dibuka apalagi dibaca….. Jadi, lebih baik
meringkas tumpukan buku cetak ke buku catatan kan? Lakukan ini
berkali-kali (dicicil di sepanjang semester) sebagai
bagian dari proses LATIHAN atau TRAINING dalam belajar. Kembangkan
kreativitas otak kananmu, yaitu seni, keindahan, untuk membujuk otak
kirimu agar tidak bosan melihat angka-angka dan teori hafalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar